CARI SESUATU ?

Kamis, 09 Februari 2017

Pengatur Posisi Berdasarkan Putaran Motor DC


Pengatur Posisi Berdasarkan Putaran Motor DC

Adrip Nugro Sagita1 ; Gusti Bagas Adam Saputro2 ;
Taufiq Miftakhul Huda3 ; Samuel Beta4
Program Studi D3 Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang
Jln.Prof.H.Sudarto, S.H., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. 50275.
Telp.(024)7473417,Website : www.polines.ac.id, email : sekretarit@polines.ac.id

Abstrak – Dalam artikel ini dibahas rangkaian dan cara kerja dari Motor DC. Motor DC dikontrol putarannya menggunakan  Remote Universal. Dipakai Remote Universal yang biasa dipakai untuk TV. Tombol atas pada Remote Universal digunakan untuk membatalkan tombol pada Remote yang telah ditekan. Pada Remote Universal terdapat beberapa tombol, seperti tombol berupa angka. Saat tombol angka ditekan sesuai yang diinginkan kemudian menekan tombol kanan maka Motor DC akan berputar ke kanan sesuai dengan jumlah angka yang ditekan. Untuk mengganti arah, tombol kanan bisa diganti dengan menekan tombol kiri. Apabila saat Motor DC berputar dan as yang digerakkan menyentuh Limit Switch maka Motor DC akan berhenti secara otomatis walaupun jumlah putaran masih tersisa banyak. Apabila tombol atas pada Prog ditekan terus maka Motor DC akan berputar ke kanan terus dan apabila tombol bawah pada Prog ditekan terus maka Motor DC akan berputar ke kiri terus. Saat tombol pada remote universal ditekan, maka akan mengeluarkan infra red, kemudian infra red tersebut akan diterima oleh IR Receiver sehingga dapat mengaktifkan Motor DC.

Kata Kunci : Remote Universal, Motor DC, Limit Switch, Penerima Infra Merah.

Abstract - In this article discussed the series and the workings of the DC motor. DC motors are controlled rotation using Universal Remote. Universal Remote is used commonly used for TV. Button on the Universal Remote is used to cancel button on the remote that has been pressed. At Universal Remote there are several keys, such as numeric keys. When a button is pressed the desired number then press the right button then the DC motor will rotate to the right in accordance with the number of digits dialed. To change direction, the right button can be changed by pressing the left button. If the current DC motor driven rotating and touching as Limit Switch the DC motor will stop automatically even if the number of rounds remaining lots. When the top of the Prog button pressed and then the DC motor will rotate to the right continues and if the bottom of the Prog button pressed and then the DC motor will rotate to the left and hold. When a button on the universal remote is pressed, it will emit infra red, infra red then be received by the IR receiver that can activate DC motors.
Keywords: Universal Remote, DC motors, Limit Switch, Infra Red Receiver. 

       A.    Latar Belakang
            Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah sangat pesat ini, sudah banyak alat yang digunakan secara otomatis untuk membantu pekerjaan manusia agar lebih efisien. Penemuan-penemuan teknologi sebagai penyempurna maupun yang baru telah dilakukan di berbagai bidang, dan chip (mikrokontroler) yang berfungsi sebagai sistem kontrol juga mulai berkembang dalam penggunaannya sebagai pengontrol. Dan salah satu yang dapat dikontrol adalah putaran motor DC yang dapat dikendalikan melalui suatu chip yang dapat mengirim dan menerima data secara komputerisasi. Dengan adanya pemikiran tersebut, muncul ide untuk membuat suatu peralatan elektronik yang dapat bekerja untuk mengatur kecepatan motor DC yakni “Pengatur Putaran Motor DC Menggunakan Remote Control”

      B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka rumusan masalah yang akan diangkat pada laporan ini adalah :
1. Bagaimana cara merancang sebuah alat yang bisa mengontrol putaran motor DC yang dikendalikan secara otomatis menggunakan Remote Universal ?
2. Bagaimana cara mengetahui motor DC yang sedang berputar dapat berhenti secara otomatis ?
3.  Bagaimana cara mengetahui posisi as sesuai dengan putaran motor DC ? 


      C.    Tujuan
Tujuan pembuatan proyek ARM ini adalah :
1.      Memudahkan dalam mengatur putaran motor.
2.      Mengetahui berhentinya putaran motor DC secara otomatis.
3.   Mengetahui posisi as sesuai dengan putaran motor DC.

      D.    Batasan Masalah
Dalam pembuatan alat ini penulis akan membuat batasan permasalahan agar tidak menyimpang dari spesifikasi dan kemampuan alat yang akan buat. Pembatasan masalah tersebut adalah :
1.   Remote Universal dapat mengeluarkan sinyal yang diterima oleh Infra Merah yang  kemudian dapat menggerakkan Motor DC dengan menekan tombol 3 digit dahulu.
2.   Motor DC dapat berhenti secara otomatis apabila jumlah putarannya telah memenuhi  sesuai 3 digit angka yang ditekan atau telah menyentuh Limit Switch.
3.     Motor DC dapat berputar sesuai dengan posisi as yang diinginkan.

       E.     Landasan Teori
1.      Nuvuton 120
      
Gambar 1 : Nuvoton Nuc 120

DT-ARM NUC120 Board merupakan modul pengembangan mikrokontroler NUC120RD2BN yang berbasis CPU ARM Cortex-M0 dari Nuvoton. Modul ini dapat bekerja dengan kecepatan CPU sampai dengan 48 MHz. Modul ini juga telah dilengkapi dengan bootloader internal, sehingga tidak diperlukan lagi device programmer eksternal. Pemrograman melalui bootloader bisa dilakukan dengan menggunakan koneksi USB.
Spesifikasi :
·       Berbasis mikrokontroler NUC120RD2BN (64 KB APROM, 8 KB SRAM, 4 KB Data Flash, CPU ARM Cortex-M0).
·       Terintegrasi dengan cystal eksternal 12 MHz.
·       Terintegrasi dengan osilator 32.768 kHz sebagai sumber clock RTC.
·       Memiliki 1x port USB.
·       Memiliki 1 port RS-485.
·       Memiliki 3 kanal UART dengan level tegangan TTL 3.3VDC / 5VDC.
·       Tersedia port USB yang berfungsi untuk antarmuka serial sekaligus menuliskan program mikrokontroler, sehingga tidak membutuhkan programmer eksternal.
·       Memiliki port Serial Wire Debug untuk proses debuging dan programming.
·       Memiliki 45 jalur GPIO.
·       Terintegrasi dengan sensor suhu internal.
·       Memiliki port input 8 kanal ADC 10-bit.
·       Bekerja pada level tengan 3,3VDC / 5VDC dengan arus maksimum 800mA.
·       Input catu daya untuk board : 6,5VDC - 12VDC / 3,3VDC - 5VDC.

2.      Motor DC
      Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan,dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motormotor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri. Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik phasa\tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen.

Gambar 2. Motor DC Sederhana

            Catu tegangan DC dari baterai menuju ke lilitan melalui sikat yang menyentuh komutator, dua segmen yang terhubung dengan dua ujung lilitan. Kumparan satu lilitan pada gambar di atas disebut angker dinamo. Angker dinamo adalah sebutan untuk komponen yang berputar di antara medan magnet.

Gambar 3. Bagian Motor DC

Gambar 4. Motor DC

3.      Remote Universal
      Saat ini, peralatan pesawat TV biasa diletakkan berdekatan dengan radio tape, DVD playar atau VCD player. Keempat alat ini bisa diintegrasikan menjadi sebuah sistem “home theater” sederhana. Jika kempatnya anda miliki berarti anda akan menggunakan 4 buah remote control sekaligus. Karena tangan anda hanya dua, hal ini terkadang menjadi hal yang merepotkan. Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan penggunaan sebuah Universal Remote Control. Universal Remote Control adalah jenis remote control yang dapat digunakan untuk beberapa peralatan elektronik rumah. Biasanya universal remote control yang ada di pasaran dibatasi untuk beberapa jenis peralatan elektronik saja. Jenis-jenis alat elektronika yang umum dapat digunakan adalah pesawat TV, VCR (Video Cassette Recorder), DVD player, CD player dan radio.
      Universal remote control tidak dapat langsung digunakan kepada setiap peralatan
elektronika yang baru. Sebuah universal remote control menyimpan data kode sinyal infra merah untuk beberapa jenis peralatan elektronika untuk berbagai macam merk. Ada empat cara mengatur universal remote control agar dapat digunakan untuk peralatan elektronika yang baru. Pertama jika sudah ada aktifkan jenis peralatan yang akan di gunakan dari pilihan daftar kode yang telah ada. Kedua, dan seterusnya jika pada daftar kode sinyal belum tersedia, program ulang data kode sinyal, ketiga data kode sinyal dalam universal remote control di-upgrade dengan cara memasang versi data sinyal yang lebih baru melalui komputer. Terakhir universal remote control melakukan proses pembelajaran, yaitu dengan membaca pola sinyal yang dikirimkan dari tombol yang ditekan dari remote control yang asli.
Gambar 5. Remote Universal

Sebuah sistem remote control terdiri dari beberapa bagian :
1)      Transmitter (pengirim sinyal)
            Alat ini berfungsi untuk mengirimkan instruksi ke peralatan elektronika. Alat ini adalah sebuah LED(light emitting Diode) sinar infra merah yang berada di pesawat remote control.
2)      Panel Remote control.
            Panel ini berisi sejumlah tombol di pesawat remote control. Setiap tombol memiliki fungsi yang berbeda-beda.Bentuk panel ini tergantung dari jenis alat yang dikendalikannya.
3)      Papan rangkaian elektronik 
Di dalam setiap pesawat remote control terdapat sebuah papan rangkaian elektronik, dalam bentuk sirkuit terintegrasi(integrated circuit). Fungsi komponen ini adalah membaca tombol yang ditekan pengguna kemudian membangkitkan transmitter untuk mengirimkan sinyal dengan pola sesuai tombol yang ditekan
4)      Receiver
            Alat ini berada di dalam alat elektronika yang akan menerima instruksi. Untuk jenis sinar infra merah alat yang digunakan adalah fototransistor infra merah. Alat ini berperan dalam mendeteksi pola sinyal infra merah yang dikirimkan remote control.
            Gelombang infra red adalah salah satu nama untuk lebar frekuensi pada spektrum gelombang elektromagnetik. Pada spektrum gelombang electromagnet, panjang gelombang infra red lebih panjang dari cahaya tampak dan lebih pendek dari gelombang radio. Panjang gelombang infra red berada antara 750 nm(nano meter) hingga 1 mm(mili meter). Prinsip cara kerja remote control sendiri sebetulnya cukup sederhana, sinyal sinar infra merah dipancarkan dari pemancar remote control membentuk pola sinyal tertentu. Selanjutnya pola sinyal tersebut akan diterima oleh peralatan elektronik, lalu pola sinyal tersebut akan diterjemahkan menjadi instruksi tertentu.

4.      IR Receiver
            Komponen yang dapat menerima infra merah ini merupakan komponen yang peka cahaya yang dapat berupa dioda (photodioda) atau transistor (phototransistor). Komponen ini akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinyal infra merah sebanyak mungkin sehingga pulsa-pulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik. Semakin besar intensitas infra merah yang diterima maka sinyal pulsa listrik yang dihasilkan akan baik jika sinyal infra merah yang diterima intensitasnya lemah maka infra merah tersebut harus mempunyai pengumpul cahaya (light collector) yang cukup baik dan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor infra merah ini harus dikuatkan. Pada prakteknya sinyal infra merah yang diterima intensitasnya sangat kecil sehingga perlu dikuatkan. Selain itu agar tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekeunsi sinyal carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Selanjutnya baik photodioda maupun phototransistor disebut sebagai photodetector.
Gambar 6. Panjang Gelombang IR Receiver
            Dalam penerimaan infra merah, sinyal ini merupakan sinyal infra merah yang termodulasi. Pemodulasian sinyal data dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu akan dapat memperjauh trasnmisi data sinyal infra.

                        Respon Penerimaan Sensor Infra Merah

            Komponen photodetector mempunyai karakteristik seperti komponen yang dinamakan ‘solar cell’, yang merubah energi cahaya menjadi energi listrik. Jika photo detector ini mendapat cahaya maka akan menghasilkan tegangan sekitar 0.5 volt dan arus yang dihasilkan tergantung dari intensitas cahaya yang masuk pada photo detector tersebut. Teknik ini biasa disebut sebagai ‘unbiased current sourcing’ atau ‘photovolataic mode’. Teknik ini jarang digunakan karena tidak efisien dan mempunyai respon yang lambat tehadap pulsa-pulsa cepat sinyal cahaya.
            Konfigurasi photo detector yang umum dipakai adalah teknik yang dikenal sebagai ‘reserved biased’ atau ‘photoconductive mode’. Pada mode reverse bias/bias terbalik, photo detector dibias dengan tegangan external mulai dari beberapa volt sampai sekitar 50 volt (tergantung karakteristik photo detector). Jika karakteristik photodetector tidak diketahui maka bias tegangan dapat diberi 12V agar tidak merusak photodetector tersebut.
            Ketika photo detector ini mendapat cahaya, dalam hal ini cahaya infra merah maka terdapat arus bocor yang relatif kecil. Besar-kecilnya arus bocor ini tergantung dari intensitas cahaya infra merah yang mengenai photodetector tersebut.
            Sebuah photodioda, biasanya mempunyai karakteristik yang lebih baik daripada phototransistor dalam responya terhadap cahaya infra merah. Biasanya photo dioda mempunyai respon 100 kali lebih cepat daripada phototransistor. Oleh sebab itulah para designer cenderung menggunakan photodioda daripada menggunakan phototransistor. Tetapi sebuah phototransistor tetap mempunyai keunggulan yaitu mempunyai kemampuan untuk menguatkan arus bocor menjadi ratusan kali jika dibandingkan dengan photodioda.
            Sebuah photodioda biasanya dikemas dengan plastik transparan yang juga berfungsi sebagai lensa fresnel. Lensa ini merupakan lensa cembung yang mempunyai sifat mengumpulkan cahaya. Lensa tersebut juga merupakan filter cahaya, lebih dikenal sebagai ‘optical filter’, yang hanya melewatkan cahaya infra merah saja. Walaupun demikian cahaya yang nampakpun masih bisa mengganggu kerjsa dari dioda infra merah karena tidak semua cahaya nampak bisa difilter dengan baik. Oleh karena itu sebuah penerima infra merah harus mempunyai filter kedua yaitu rangkaian filter yang berfungsi untuk memfilter sinyal 30KHz sampai 40KHz saja.
            Faktor lain yang juga berpengaruh pada kemampuan penerima infra merah adalah ‘active area’ dan ‘respond time’. Semakin besar area penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar pula intensitas cahaya yang dikumpulkannya sehingga arus bocor yang diharapkan pada teknik ‘reserved bias’ semakin besar. Selain itu semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga semakin besar pula. Begitu juga dengan respon terhadap frekuensi, semakin besar area penerimaannya maka respon frekuansinya turun dan sebaliknya jika area penerimaannya kecil maka respon terhadap sinyal frekuensi tinggi cukup baik.
            Respond time dari suatu dioda infra merah (penerima) mempunyai waktu respon yang biasanya dalam satuan nano detik. Respond time ini mendefinisikan lama agar dioda penerima infra merah merespon cahaya infra merah yang datang pada area penerima. Sebuah dioda penerima infra merah yang baik paling itdak mempunyai respond time sebesar 500 nano detik atau kurang. Jika respond time terlalu besar maka dioda infra merah ini tidak dapat merespon sinyal cahaya yang dimodulasi dengan sinyal carrier frekuensi tinggi dengan baik. Hal ini akan mengakibatkan adanya data loss.
Gambar 7. IR Receiver

5.      Optocoupler
     Pada prinsipnya, Optocoupler dengan kombinasi LED-Phototransistor adalah Optocoupler yang terdiri dari sebuah komponen LED (Light Emitting Diode) yang memancarkan cahaya infra merah (IR LED) dan sebuah komponen semikonduktor yang peka terhadap cahaya (Phototransistor) sebagai bagian yang digunakan untuk mendeteksi cahaya infra merah yang dipancarkan oleh IR LED. Untuk lebih jelas mengenai Prinsip kerja Optocoupler, silakan lihat rangkaian internal komponen Optocoupler dibawah ini :
                                  
 Gambar 8. Optocoupler

     Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Arus listrik yang mengalir melalui IR LED akan menyebabkan IR LED memancarkan sinyal cahaya Infra merahnya. Intensitas Cahaya tergantung pada jumlah arus listrik yang mengalir pada IR LED tersebut. Kelebihan Cahaya Infra Merah adalah pada ketahanannya yang lebih baik jika dibandingkan dengan Cahaya yang tampak. Cahaya Infra Merah tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
     Cahaya Infra Merah yang dipancarkan tersebut akan dideteksi oleh Phototransistor dan menyebabkan terjadinya hubungan atau Switch ON pada Phototransistor. Prinsip kerja Phototransistor hampir sama dengan Transistor Bipolar biasa, yang membedakan adalah Terminal Basis (Base) Phototransistor merupakan penerima yang peka terhadap cahaya.

       F.     Metode Penelitian
a.       Persiapan
                                i.      Melakukan penelitian dan studi kasus mengenai masalah terkait.
b.      Perencanaan Konseptual
      i.  Merancang konsep yang akan dikembangkan dan mulai menyusun diagram blok dari           gambaran cara kerja alat yang akan dibuat.
c.    Perancangan Sistem
       i.     Metode ini terdiri dari perancangan hardware dan software. Perancangan hardware             dimulai dari menentukan komponen yang diperlukan melalui hitungan, kemudian                pembuatan skematik rangkaian melalui software eagle. Perancangan software dilakukan      dengan merancang flow cart.
d.      Pembuatan Alat
          i.      Dimulai dengan pemasangan motor DC, IR Recevier, Limit Switch, dan pemrograman          mikrokontroller.
e.       Pengujian Alat
       i.    Memastikan bahwa alat bekerja dengan respon sesuai yang diinginkan, dan untuk                 mengetahui apakah masih ada kesalahan yang perlu diperbaiki dalam sistem.
f.       Analisa Hasil Pengujian
           i.      Hasil dari pengujian alat dianalisa dan dibandingkan dengan rencana dan tujuan awal          penelitian. Apabila terjadi error maka dicari penyebab serta menjari solusi yang paling        efektif agar alat dapat bekerja dengan lebih baik lagi.
g.      Penyajian Alat
       i.      Penyajian alat pada para penguji dan pembuatan laporan hasilnya.
        G.    Hasil Rancangan
1.      Gambar Rangkaian
Gambar 9. Rangkaian

2.      Gambar Pengawatan
2.1  Pengawatan Dalam

Gambar 10a. Pengawatan Dalam 

Gambar 10b. Pengawatan Dalam

2.2  Pengawatan Luar

Gambar 11. Pengawatan Luar


3.      Cara Kerja Alat Secara Keseluruhan
            Pada saat alat diaktifkan maka penerima sinyal merah akan menyala dan LED akan nyala mati atau Flip-flop. Saat tombol angka pada Remote Universal ditekan sesuai yang diinginkan lalu menekan tombol kanan maka Motor DC akan berputar ke kanan sesuai jumlah angka yang ditekan. Apabila ingin merubah arah putaran maka setelah menekan tombol angka sesuai yang diinginkan langsung menekan tombol kiri. Saat menekan tombol angka yang diinginkan lalu ingin membatalkan maka bisa menekan tombol atas pada Remote Universal. Saat tombol atas pada Prog ditekan terus maka Motor DC akan berputar ke kanan terus dan saat tombol bawah pada Prog ditekan terus maka Motor DC akan berputar ke kiri terus. Apabila saat motor DC berputar ke kanan atau ke kiri dan as pada ulir menyentuh Limit Switch kanan atau kiri maka Motor DC akan berhenti secara otomatis walaupun jumlah putaran masih ada.
4.      Diagram Blok
Gambar 12. Diagram Blok


5.      Diagram Alir
Gambar 13. Diagram Alir



6.      Hasil Pengujian
Setelah dilakukan pengujian, alat pengatur putaran motor DC menggunakan Remote Universal dapat bekerja dengan baik. Penerima infra merah dapat menerima sinyal dari Remote Universal yang kemudian di proses sehingga Motor DC dapat berputar. Kemudian limit switch dapat dengan baik karena Motor DC dapat berhenti secara otomatis saat as menyentuh limit switch. 


Gambar 14. Tampak Depan


Gambar 15. Tampak Belakang


       H.    Kesimpulan
            Setelah dilakukan perancangan, pembuatan, pembuatan serta analisa dapat diambil kesimpulan bahwa alat ini sudah cukup baik Penerima infra merah dapat menerima sinyal dari Remote Universal yang kemudian di proses sehingga Motor DC dapat berputar. Kemudian limit switch dapat dengan baik karena Motor DC dapat berhenti secara otomatis saat as menyentuh limit switch.

       I.       Saran
Untuk pengembangan alat ini, sebaiknya diberi tombol perintah untuk menggerakkan Motor DC secara kontinyu ke arah kanan maupun ke kiri. Kemudian diberi jarak agar diketahui setiap jarak dapat ditempuh berapa putaran.

Daftar Pustaka


Laporan : Download Disini
Jurnal : Download Disini
Program :Download Disini

ADRIP NUGRO SAGITA
Penulis dilahirkan di Semarang, tanggal 03 Desember 1995. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK PGRI 72 , SDN Tlogosari Kulon 03, SMPN 9 Semarang dan SMAN 2 Semarang. Tahun 2014 penulis telah menyelesaikan pendidikan SMA. Pada tahun 2014 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3) dan diterima menjadi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.14.2.01. Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa melalui via email: adrip99@gmail.com

GUSTI BAGAS ADAM SAPUTRO
Penulis dilahirkan di Semarang tanggal 21 September 1996. Penulis telah menempuh pendidikan formal SDN Ngaliyan 03 Semarang, SMPN 18 Semarang, dan SMA 06 Semarang. Tahun 2014 penulis telah menyelesaikan pendidikan SMA. Pada tahun 2014 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3). Kemudian diterima menjadi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.14.2.07. hobi penulis adalah mendengarkan lagu dan bermain sepakbola. Penulis beralamat di Perum Pndana Merdeka No.P-7 Ngaliyan, Semarang. Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa menghubungi via email: gustishadow@gmail.com.



TAUFIQ MIFTAKHUL HUDA
Penulis dilahirkan di Semarang, tanggal 4 Januari 1996. Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD Negeri Perumnas Banyumanik, SMP Eka Sakti Semarang, dan SMK Hidayah Semarang. Tahun 2014 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMK,  Pada tahun 2014 penulis mengikuti seleksi mahasiswa baru diploma (D3) dan diterima menjadi mahasiswa baru diploma (D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3 Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM. 3.32.14.2.19 Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa via email: taufiqmiftakhulhuda@gmail.com

Nama pengajar Samuel BETA. Beliau mengajar di program studi Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang. Email : sambetak2@gmail.com







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berikan Kritik dan Saran Anda. Karena Kritik dan Saran Anda Akan Sangat Membantu Kami dalam Memperbaiki Diri